BAB I
PENDAHULUAN
I.I
Latar Belakang
Psikologi Pendidikan adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang gejala-gejala kejiwaan terhadap anan didik dalan situasi pendidikan.
Psikologi disebut juga dengan ilmu jiwa. Mempelajari psikologi pendidikan
sangat penting apalagi bagi seorang pendidik, guna supaya terciptanya suatu
kondisi belajar yang efektif.
Berbicara mengenai psikologi pendidikan sangat
luas pembicaraannya. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibatasi pada
persoalan-persoalan bakat dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Mengingat hal
tersebut sangat berhubungan erat dalam pembentukan pribadi seseorang.
I.2 Rumusan Masalah
1.Apa
pengertian bakat ?
2. Apa
saja dimensi pokok mengenai bakat ?
3.
Bagaimana mengenal bakat seseorang ?
4.
Apa saja macam minat
5.
Bagaimana minat menurut pandangan islam ?
1.3
Tujuan
1.Untuk
mengetahui apa pengertian bakat
2.Untuk
mengetahui apa saja dimensi pokok mengenai bakat
3.Untuk
mengetahui cara mengenal bakat seseorang
4.Untuk
mengetahui macam-macam minat
5.Untuk
mengetahui minat menurut pandangan islam
1.4 Manfaat
1.Dapat
mengetahui apa pengertian bakat
2.Dapat
mengetahui apa saja dimensi pokok mengenai bakat
3.Dapat
mengetahui cara mengenal bakat seseorang
4.Dapat
mengetahui macam-macam minat
5.Dapat
mengetahui minat menurut pandangan islam
BAB II
PEMBAHASAN
PERBEDAAN-PERBEDAAN
DALAM BAKAT
1.
Pengertian Bakat
Pertanyaan yang
mengenai “apakah bakat itu?” sudah sering kali di lontarkan, tetapi jawaban
yang di berikan oleh ahli yang satu tidak sama
dengan yang lain, karena memang belum ditemukannya suatu rumusan yang
tepat,jelas,lengkap dan dapat di terima oleh setiap orang. Setiap
ahli mencoba menjawab dari sudut pandangannya, masing-masing yang sangat
dipengaruhi oleh latar belakang disiplin ilmu dan pengetahuan yang dimiliki.
Menurut Freeman (1963) bakat adalah sifat-sifat yang
memberi pentunjuk akan adanya kemampuan yang di miliki seseorang, yang dengan
melalui latihan-latihan dapat direalisi menjadi kemampuan-kemampuan yang
nyata,terutama dalam bidang-bidang khusus, misalnya dalam bidang bahasa,seni
music dan bidang teknik.[1]
William B. Michael
memberi definisi mengenai bakat sebagai berikut :An aptitude may be defined
as a person’s capacity, or hypothetical potential, for acquisition of a certain
more or less weeldefined pattern of behavior involved in the performance of a
task respect to which the individual has had little or no previous
training (Michael, 1960: 59).
Jadi Michael meninjau
bakat itu terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas,
yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.
Woodworth dan Marquis
memberikan definisi demikian: “aptitude
is predictable achievement and can be measured by specially devised test” (Woodworth
dan Marquis, 1957: 58). Bakat (aptitude), oleh Woodworth dan Marquis dimasukkan
dalam kemampuan (ability).
Menurutnya ability
mempunyai tiga arti, yaitu :
1.
Achievement yang merupakan actual ability,
yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu.
2.
Capacity yang merupakan potential ability,
yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap
kecakapan individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara
dasar dengan training yang intensif dan pengalaman.
3.
Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat
diungkap/diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.
Menurut Guilford bakat
itu mencakup tiga dimensi pokok, yaitu :
1.
Dimensi Perseptual.
Dimensi perseptual
meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, dan ini meliputi faktor-faktor
antara lain :
1.
Kepekaan indera.
2.
Perhatian.
3.
Orientasi waktu.
4.
Luasnya daerah persepsi.
5.
Kecepatan persepsi, dan sebagainya.
2.
Dimensi Psiko-motor.
Dimensi psiko-motor ini mencakup enam faktor,
yaitu :
1.
Faktor kekuatan
2.
Faktor impuls
3.
Faktor kecepatan gerak
4.
Faktor ketelitian/ketepatan, yang terdiri atas
dua macam, yaitu :
1)
Faktor kecepatan statis, yang menitikberatkan pada posisi.
2)
Faktor ketepatan dinamis, yang menitikberatkan pada gerakan.
5.
Faktor koordinasi
6.
Faktor keluwesan (flexibility).
3.
Dimensi Intelektual
Dimensi inilah yang
umumnya mendapat penyorotan secara luas, karena memang dimensi inilah yang
mempunyai implikasi sangat luas. Dimensi ini meliputi lima faktor, yaitu:
1.
Faktor ingatan, yang mencakup:
1)
Faktor ingatan
mengenai substansi.
2)
Faktor ingatan mengenai relasi.
3)
Faktor ingatan mengenai system.
2. Faktor pengenalan, yang mencakup:
1)
Pengenalan terhadap keseluruhan informasi.
2)
Pengenalan terhadap golongan (kelas).
3)
Pengenalan terhadap hubungan-hubungan.
4)
Pengenalan terhadap bentuk dan struktur.
5)
Pengenalan terhadap kesimpulan.
3.
Faktor evaluatif, yang meliputi:
1)
Evaluasi mengenai identitas.
2)
Evaluasi mengenai relasi-relasi.
3)
Evaluasi terhadap system.
4) Evaluasi
terhadap penting tidaknya problrm (kepekaan terhadap problem yang dihadapi).
1.
Faktor berpikir konvergen, yang meliputi:
1)
Faktor untuk menghasilkan nama-nama.
2)
Faktor untuk menghasilkan hubungan-hubungan.
3)
Faktor untuk menghasilkan system-sistem.
4)
Faktor untuk menghasilkan transformasi.
5)
Faktor untuk menghasilkan implikasi-implikasi yang unik.
1.
Faktor berpikir divergen, yang meliputi:
A.
Faktor untuk menghasilkan unit-unit.
B.
Faktor untuk pengalihan kelas-kelas secara
spontan.
C.
Faktor kelancaran dalam menghasilkan
hubungan-hubungan.
D.
Faktor untuk menghasilkan system.
E.
Faktor untuk transfomasi divergen.
F.
Faktot untuk menyusun bagian-bagian menjadi
garis besar atau kerangka.
Dengan sengaja
pendapat Guilford ini dikemukakan dengan agak lengkap, tidak karena pendapat
tersebut dianggap sebagai satu-satunya pendapat yang benar, akan tetapi
berlebih-lebih sebagai ilustrasi untuk menunjukkan betapa rumitnya kualitas
manusia yang kita sebut itu.
2.
Mengenali Bakat Seseorang
Menurut sejarahnya
usaha pengenalan bakat itu mula-mula terjadi pada bidang kerja (atau jabatan),
tetapi kemudian juga dalam bidang pendidikan. Bahwa dewasa ini dalam bidang
pendidikanlah usaha yang paling banyak dilakukan. Dalam praktiknya hampir semua
ahli yang menyusun tes untuk mengungkap bakat bertolak dari dasar pikiran
analisis faktor.
Pemberian nama
terhadap jenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasar atas dalam lapangan apa
bakat tersebut berfungsi, seperti bakat matematika, bakat bahasa, bakat olah
raga, dan sebagainya. Dengan demikian, maka macamnya bakat akan sangat
tergantung pada konteks kebudayaan di mana seseorang individu hidup. Mungkin
penamaan itu bersangkutan dengan bidang studi, mungkin pula dalam bidang kerja.
Sebenarnya setiap
bidang studi atau bidang kerja dibutuhkan lebih dari satu faktor bakat saja.
Bermacam-macam fakor mungkin diperlukan berfungsinya untuk suatu lapangan studi
atau lapangan kerja tertentu. Suatu contoh misalnya bakat untuk belajar di
Fakultas Teknik akan memerlukan berfungsinya faktor-faktor mengenali bilangan,
ruang, berpikir abstrak, bahasa, mekanik, dan mungkin masih banyak lagi. Karena
tiu ada kecenderungan di antara para ahli sekarang untuk mendasarkan pengukuran
bakat itu pada pendapat, bahwa ada setiap individu sebenarnya terdapat semua
faktor-faktor yang diperlukan untuk berbagai macam lapangan, hanya dengan
kombonasi, konstelasi, dan intensitas yang berbeda-beda. Karena itu biasanya
yang dilakukan dalam diagnosis tentang bakat adalah membuat urutan (ranking)
mengenai berbagai bakat pada setiap individu.
Prosedur yang biasanya ditempuh adalah :
1.
melaksanakan analisis jabatan atau analisis
lapangan studi untuk menemukan faktor-faktor apa saja yang diperlukan supaya
orang dapat berhasil dalam lapangan tersebut.
2.
Dari hasil analisis itu dibuat pencandraan
jabatan atau pencandraan lapangan studi.
3.
Dari Pencandraan jabatan atau pencandraan
lapangan studi itu diketahui persyaratan apa yang harus dipenuhi supaya
individu dapat lebih berhasil dalam lapangan tertentu.
4.
Dari persyaratan itu sebagai landasan disusun
alat pengungkapan (alat pengungkap bakat), yang biasanya berwujud tes.
Dengan jalan pikiran
seperti yang digmbarkan di atas itulah pada umumnya tes bakat itu disusun.
Sampai sekarang boleh dikata belum ada tes bakat yang cukup luas daerah
pemakainya (seperti misalnya tes inteligensi), berbagai tes bakat yang telah
ada seperti misalnya FACT (Flanagan Aptitude Clasification Test) yang
disusun oleh Flanagan, DAT dan lain sebagainya[2].
2.Pengertian Minat.
Dalam kehidupan ini kita akan selalu berkomunikasi atau berhubungan dengan
orang lain, benda,
situasi dan aktivitas-aktivitas yang terdapat di sekitar kita. Dalam
berhubungan tersebut kita mungkin bersikap menerima,membiarkan atau menolaknya.
Apabila kita menaruh minat, itu berarti menyambut atau bersikap positif dalam
berhubungan dalam objek atau lingkungan tersebut dengan demikian maka akan
cenderung untuk member perhatian dan melakukan tindakan lebih lanjut. Apakah
sebenarnya minat itu? Secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu
kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindakan terhadap orang.
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Minat:
1.
Dorongan dari dalam diri individu.
2.
Motif social.
3.
Faktor emosional.
2. Macam-Macam Minat:
1.
Berdasarkan timbulnya.
2.
Berdasarkan arahnya.
3.
Berdasarkan cara mengungkapkan.
a. Expressed Interest.
b. Manifest Interest.
c. Tested Interest.
d. Inventoried Interest.
3. Hubungan Antara Minat Belajar dengan Prestasi
Belajar:
1.
Berhubungan dengan keadaan individu yang belajar.
2.
Berhubungan dengan lingkungan dalam belajar.
3.
Berhubungan dengan materi pelajaran dan peralatannya.
4. Bakat dan Minat dalam Pandangan Islam:
1.
Bakat dalam pandangan Islam.
Dari uraian sebelumnya telah
dipahami bahwa bakat dan minat merupakan hal yang berkaitan dengan setiap diri
manusia. Bakat yang merupakan potensi atau kemampuan khusus yang bersifat yang
menonjol yang di miliki seseorang. Demikian juga dengan minat yang merupakan
sebuah kecedrungan untuk memberikan perhatian
dan bertindakan terhadap orang,
aktivitas, dan situasi yang menjadi objek dari minat tersebut dengan di sertai
oleh perasaan senang.
Bagaimana sebenarnya Islam
memandang dua persoalan ini. Perlu dielaborasi bahwa sebagai sebuah potensi
diri bakat betapapun sangat besar namun jika tidak di asah dan “difollowapi” dengan
sungguh-sungguhmaka niscaya bakat itu akan menipis dan tidak lebih dari bakat
terpendam.
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.S. al-Ra’ad:11)
2.
Minat dalam Pandangan Islam.
Sebagaimana dengan bakat minat juga merupakan
sesuatu yang harus diteruskan pada hal-hal konkret. Karena sebenarnya minat
masih merupakan hal yang abstrak. Upaya kita dalam membedakan minat inilah yang
ditutut dalam islam. Jika kita memiliki minat yang besar terhadap sesuatu namun
tidak mendapatkan maka minat itu tidak ada gunanya.
Sesuatu hal yang naïf
jika seseorang memiliki minat pada sesuatu namun tidak meresponnya dengan
tindakan nyata. Karena pada dasarnya jika kita menaruh minat pada sesuatu, maka
berarti kita menyambut baik dan bersikap positif dalam berhubungan dengan objek
dan lingkungan. Misalnya, seseorang yang berminat menguasai bahasa ingris, maka
dia akan melakukan upaya untuk dapat mengetahui, memahami, bahkan untuk
berkomunikasi bahasa inggris
.عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ .الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ .اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
BAB III
PENUTUP
§ Kesimpulan
Kata bakat lebih dekat
pengertiannya dengan kata aptitude yang berarti kecakapan
pembawaan, yaitu yang mengenai kesanggupan-kesanggupan (potensi-potensi) yang
tertentu.
Menurut Guilford bakat itu mencakup tiga
dimensi pokok, yaitu : Dimensi Perseptual, psiko-motor dan intelektual,
Usaha pengenalan bakat
mula-mula terjadi pada bidang kerja (atau jabatan), tetapi kemudian juga dalam
bidang pendidikan. Bahwa dewasa ini dalam bidang pendidikanlah usaha yang
paling banyak dilakukan. Dalam praktiknya hampir semua ahli yang menyusun tes
untuk mengungkap bakat bertolak dari dasar pikiran analisis faktor.
§ Saran
Penulis menyadari
sebagai manusia biasa yang tak lepas dari kekurangan yang membawa
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat kostruktif demi kesempurnaannya dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Shaleh, Abdul Rahman dan
Muhbib Abdul Wahab, Psikologi dalam Perspektif Islam.
Perdana Media, Jakarta ,2005.
Sobur Alex, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah,
CV Pustaka Setia, Bandung, 2013.
Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, CV Rajawali,
Jakarta, 1990.
[1]
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib
Abdul Wahab, Psikologi dalam Perspektif
Islam (Jakarta:Predana Media,2005) halaman. 253-254.
[2]
Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: Pustaka Setia,2013),
halaman. 197-198.
[3]
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib
Abdul Wahab, Psikologi dalam Perspektif
Islam (Jakarta:Predana Media,2005) halaman.262-273.
Comments
Post a Comment