BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, perilaku dan, proses mental, dalam Psikologi
ada beberapa macam aliran salah satunya ialah aliran behaviourisme dalam aliran
ini penelitian difokuskan pada tingkah laku manusia, dengan asumsi bahwa
tingkah laku manusia merupakan wujud dari kejiwaan manusia maupun hewan lainnya.
Alasan
kita mempelajari tentang Psikologi Behaviorisme adalah agar kita mengetahui
mengenai makna dari psikologi dan behavioristik itu sendiri. Kita juga
akan menjadi tahu hal-hal yang mungkin belum kita ketahui dalam Psikolgi
Behaviorisme tersebut, karena dengan kita mempelajarinya bertambahlah wawasan
kita mengenai ilmu Psikologi Behaviorisme itu.Selain itu kita dapat mengetahui
pendapat-pendapat mengenai Psikologi Behaviorisme ini dari para tokoh-tokoh,
dan lain-lain.
1.2 Tujuan
-
Untuk mengetahui makna dari Psikologi Behaviourisme
-
Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang mengemukakannya
- Untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari teori behaviorisme.
1.3 Rumusan Masalah
1.
Apa yang di maksud dengan teori Behaviourisme?
2.
Uraikan sejarah Psikologi Behaviourisme
3.
Siapa saja tokoh yang mengemukakannya?
BAB II
ISI(TEORI DAN
PEMBAHASAN)
2.1
Pengertian Teori Behaviorisme
Peletak dasar aliran behaviorisme
ialah Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
dan Wiliam Mc Dougall (1871 -1938) Pavlov adalah seorang sarjana ilmu faal yang
fanatic dan sangat anti terhadap psikologi yang dianggap kurang ilmiah. Ia
mempunyai peran penting dalam psikologi behaviorisme karena studinya mengenai refleks didasari
aliran ini. Ia terkenal dengan eksperimen mengenai refleks bersyarat atau
refleks terkondisi yang dilakukan terhadap anjing yang mengeluarkan air liurnya.
Menurutnya, segala aktifitas kejiwaan pada hakikatnya merupakan rangkaian
refleks [1]
Selain Pavlov, pembangun aliran behaviorisme adalah Mc
dougal. Melalui teori tentang insting, ia berpendapat bahwa insting adalah
kecenderungan bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu sebagai hasil
pembawaan sejak lahir dan tidak dipelajari sebelumnya. Ahmad fauzi menjelaskan
bahwa menurut Dougal ,semua tingkah laku manusia dapat dikembalikan pada
insting yang mendasarinya, misalnya : emosi takut dasarnya dasarnya adalah
insting melarikan diri, emosi heran dasarnya adalah insting ingin tahu, dan
emosi kasih saying dasarnya adalah insting orangtua (instinct parental)
Pada akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai
eksperimen psikologi yang mencapai puncaknya pada tahun 1940-1950-an. Jika yang
dimaksud dengan psikologi adalah ilmu jiwa, “jiwa” bukan materi sehingga tidak
dapat diteliti secara langsung. Penelitian difokuskan pada tingkah laku manusia
merupakan wujud dari kejiwaan manusia maupun hewan lainnya.
Aliran behaviourisme memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan
perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning).
Sikap yang diinginkan dilatih terus menerus sehingga menimbulkan maladaptive behavior atau perilaku
menyimpang . jika manusia maupun hewan diatih terus menerus dengan sesuatu yang
lazim maupun tidak lazim, keduannya akan berperilaku sama. Pengondisian
perilaku tersebut dibentuk melalui berbagai eksperimen, seperti eksperimen
Pavlov. Ia melakukan eksperimen terhadap seekor anjing yang sedang lapar. Ketika
seorang anjing yang sedang dalam keadaan lapar, Pavlov menyalakan lampu, untuk
mengetahui apakah anjing tersebut berliur apa tidak? Ternyata, anjing yang
lapar tidak mengeluarkan air liurnya akan tetapi, ketika dihadapan aning itu
diletakkan sepotong roti, ia mengeluarkan air liurnya .
Pavlov secara terus menerus menyalakan lampu sebelum
menyodorkan sepotong roti di hadapan anjing yang lapar. Selanjutnya , Pavlov
menyalakan lampu meskipun ia tidak menyodorkan sepotong roti. Ternyata, anjing
tersebut mengeluarkan air liurnya. Hal tersebut karena berdasarkan kebiasaan
yang tertanan dalam jiwanya bahwa kalu ada nyala lampu berarti aka nada
sepotong roti. Eksperimen itu menunjukkan bahwa air liur anjing menjadi conditioned response dan cahaya lampu
menjadi conditioned stimulus.dengan
demikian, “kebiasaan” telah membentuk perilaku “bodoh” seekor anjing. Ini yang
kemudian dipersepsikan bahwa tingkah laku manusia maupun binatang dapat
dibentuk, sehingga aliran ini dicap sebagai aliran yang memosisikan manusia
seperti robot yang mudah dibentuk
mengikuti orang yang membentuknya.
Contoh lainya adalah tindakan menakut nakuti anak yang
merengek minta jajan, lalu ibunya menakut nakutinya bahwa “itu bukan penjual
makanan”, tetapi orang “gila”.cara tersebut dilakukan berulang ulang setiap
kali anaknya minta jajan jika melihat penjual jajanan. Akhirnya, anak itu
merasa takut kalau melihat pedagang yang lewat, karena ia berpikir bahwa
penjual tersebut adalah orang gila. Lalu, bagaimana apabila ayahnya sendiri
seorang pedagang asongan , bisa saja ia akan mengatakan bahwa ayahnya orang
gila. Eksperimen yang dilakukan penganut behaviourisme sama sekali tidak ada
yang keliru, tetapi perlu dianalis lebih mendalam bahwa percobaan yang
dilakukan kepada seekor anjing dan
seorang manusia dalam kasus serupa tidak akan berjalan abadi, karena seekor anjing
hanya mengandalkan instingnya, tanpa akal dan tidak berusaha mengembangkan
kebiasaanya, sedangkan manusia bergerak dinamis dan dengan akalnya, ia dapat
merekayasa dan meninggalkan kebiasaan. Kalau insting diartikan sebagai
pembawaan dan fitrah, unsur kesamaan manusia dengan binatang, seperti
anjing,btidak berbeda, misalnya fitrah untuk mempertahankan hidupnya,fitrah
untuk mengambil segala sesuatu yang bermanfaat dan menghindar dari madharat.
Fitrah ini sama. Di luar fitrah merupakan kerja akal manusia. Sebab, terbukti
tidak ada anjing yang mampu menjadi pelatih. Jadi adanya perubahan kecerdasan
anjing karena adanya kecerdasan manusia, tetapi keberadaan kecerdasan manusia
bukan oleh adanya kecerdasan anjing.
Pemahaman terhadap segala sesuatu yang diperoleh
seorang anak dari orangtua, sekolah, dan lingkungannyatidak dapat berlaku
abadi. Sebagai contoh, ketika seorang anak diberi uang oleh pamannya, lalu ia
menerimannya dengan tangan kiri, ibunya berkata dalam bahasa sunda, “Ngangge panangan sae atuh, teu kenging
panangan kenca, eta mah awon teu sopan”(pakai tangan yang baik dong,tidak
boleh pakai tangan jelek, tidak sopan). Yang dimaksud dengan tangan jelek
adalah tangan kiri, sedangkan tangan yang baik adalah tangan kanan. Lalu ,
apakah seorang anak mengerti dengan konsep “tangan kiri yang jelek” atau
“tangan kanan yang baik”?
Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh cara membimbing
anak seperti itu jika dibiasakan? Apakah anak itu akan terus memiirkan tangan
kirinya yang jelek, kemudian, ia akan memotongnya karena malu mempunyai tangan
jelek, padahal ia masih sangat membutuhkannya. Bingunglah si anak itu ,
bagaimana kelanjutan ceritanya?
Hal-hal yang lazim diterapkan dalam membentuk perilaku
manusia pada masa lalu kini tidak lagi dianggap lazim. Oleh karena itu,
terbentuknya perilaku mengikuti perkembangan zaman dan persepsi manusia sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan inteligensinya. Akan tetapi, hal itu tidak
berlaku pada binatang. Sejak dulu sampai sekarang, binatang akan bertambah pengalaman
hidupnya sesuai dengan instingnya, dan bentuk perilakunya serupa dengan sesame
habitat dan komunitasnya. Jika binatang dilatih terus menerus, yang ia bisa
hanya yang diperolehnya dari latihan.
Melalui aliran Behaviourisme, ditemukanlah asas-asas
perubahan perilaku yang banyak digunakan dalam bidang pendidikan , terutama
psikoterapi dalam metode modifikasi perilaku. Asas-asas dalam teori
perilaku terangkum dalam hukum penguatan atau law of inforcement, yakni:
a.
Classical conditioning: suatu rangsangan akan menimbulkan pola reaksi tertentu apabila rangsangan
tersebut saring diberikan bersamaan dengan rangsangan lain yang secara alamiah
menimbulkan pola reaksi tersebut. Misalnya bunyi peluit sebagai pertanda
tibanya saat makan pagi maka semua prajurit segera berbaris menuju ruang makan
, meskipun tidak ada makan pagi. Hal itu terjadi karena adanya asosiasi antara
kedua rangsangan tersebut, yakni bunyi peluit dan makan pagi. Jadi, wajar kalau
aliran ini dipandang telah melakukan dehumanisasi,
yang memosisikan manusia sebagai robot.
b. law of effect: perilaku yang menimbulkan
akibat-akibat yang memuaskan akan cenderung diulang, dan sebaliknya perilaku
yang menimbulkan akibat-akibat yang menyakitkan cenderung dihentikan.
c. Operant conditioning: suatu pola
perilaku akan menjadi mantap apabila dengan perilaku tersebut berhasil
diperoleh hal-hal yang diinginkan oleh pelaku (penguat positif), atau
mengakibatkan hilangnya hal-hal yang diinginkan (penguatan negatif).
d. Modelling : munculnya perubahan perilaku
karena proses dan peneladanan terhadap perilaku orang lain yang
disenangi(model).
Keempat asas perubahan perilaku tersebut berkaitan
dengan proses belajar, yaitu berubahnya perilaku tertentu menjadi perilaku
baru.
Dalam paham behaviourisme, objek psikologi adalah
perilaku yang fenomologis, artinya perilaku indrawi, tampak dan nyata, bukan
perilaku yang metafisik yang tidak tampak atau ghaib.jadi yang paling kuat
adalah perilaku “bawaan lahir”.adapun perilaku lainnya dapat berubah –ubah
karena berada dalam kesadaran yang tidak konstan.
Dengan uraian di atas, dapat dipahami bahwa aliran
behaviourisme adalah aliran psikologi tentang tingkah laku yang sifatnya
radikal, yaitu ketika menyamakan tingkah laku yang sifatnya radikal, yaitu ketika
menyamakan tingkah laku manusia dengan binatang dari insting atau bawaannya,
sehingga tingkah laku keduannya dapat dikondisikan. Aliran ini menolak berbagai
bentuk pengalaman dalam kesadaran atau pengalaman batiniah yang bukan termasuk
tingkah laku yang absolut. Sebab, tingkah laku yang sesunguhnya adalah alamiah
dan sudah ada sejak dilahirkan .jadi, semuanya bersifat alamiah dan harus
diteliti dengan pendekatan alamiah pula.
Aliran behaviourisme memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat
dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginka dilatih terus menerus sehinnga
menimbulkan maladaptive behavior atau
perilaku menyimpang.
2.2 SEJARAH BEHAVIOURISME
Awal
mula adanya Psikologi Behaviorisme yaitu pada abad ke-20 di Amerika. Dan
gerakan ini secara formal diawali oleh seorang psikolog Amerika bernama John Broadus Watson (1878-1958) dengan
makalahnya berjudul “Psychology as the
Behaviorist Views It” dan dipublikasikan pada tahun 1913.Watson mengusulkan
peralihan dari pemikiran radikal yang membahas perkembangan psikologi
bedasarkan kesadaran dan proses mental. Watson mendukung perilaku tampak yang
dapat diamati sebagai satu-satunya subjek pembahasan yang masuk akal bagi ilmu
pengetahuan psikologi.Sistem Watson yang memfokuskan pada kemampuan adaptasi
perilaku terhadap stimuli lingkungan, menawarkan ilmu psikologi yang positif
dan objektif dan pada tahun 1930 behaviorisme menjadi sistem dominan dalam psikologi
Amerika
Psikologi
behaviorisme sebagai
disiplin empiris yang mempelajari perilaku sebagai adaptasi terhadap stimuli
lingkungan.Inti utama behaviorisme adalah bahwa organisme mempelajari adaptasi
perilaku dan pembelajaran tersebut dikendalikan oleh prinsip-prinsip
asosiasi.Pendekatan empiris berdasarkan pengkajian asosiasi dalam psikologi
behavioristikyang secara umum mengikuti pendapat para filsuf inggris dan juga
konsep locke tentang kepasifan mental yang bermakna bahwa isi pikiran
bergantung pada lingkungan.
Psikologi behaviorisme juga berfundamental pada
refleksiologi.Meskipun penelitian tentang perolehan refleks dilakukan sebelum
diterbitkannya tulisan-tulisan Watson, karena penelitian ini sebagian besar
dilakukan oleh peneliti berkebangsaan Rusia seperti Ivan Petrovich Pavlov
(1849-1936).Tetapi kelompok ilmuwan Rusia tersebut memberikan dampak besar bagi
behaviorisme setelah publikasi tulisan-tulisan Watson dan berperan sebagai
kekuatan untuk memperluas formulasi aslinya.
Dalam penelitian yang cukup pararel pada tahun-tahun
pertama abad ke-20, sekelompok fisiolog Rusia meneliti dasar fisiologis
proses-proses behavioural. Meskipun penelitian Sherrington mungkin lebih
signifikan dan memang para ilmuwan berikutnyalah yang mengkaji implikasi-implikasi
penuh neurofisiologi. Sherrington bagi psikologi behaviouristik penelitian
fisiolog Rusia memiliki arah praktis yang dengan mudah diambil dalam behaviourisme
sebagai mekanisme dasar pembelajaran. Meskipun demikian, para peneliti Rusia
tersebut adalah fisiolog bukan psikolog, dan reduksi proses-proses psikologis
menjadi mekanisme fisiolog menjadi ciri penelitian mereka. Mereka bukan filsuf
yang berusaha mengartikulasi ilmu pengetahuan baru psikologi. Namun, mereka
ingin memperluas pengetahuan fisiologi yang sudah ada untuk mencakup
proses-proses yang selama ini dianggap psikologis. Sesuai dengan hal itu,
mereka tidak banyak memeberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan baru psikologi.
Tradisi ini berlanjut hingga kini di Rusia dan Eropa Timur, di mana penelitian-penelitian
terhadap proses-proses seperti pembelajaran, pengindraan, dan persepsi sering
kali dimasukkan dalam studi neurobiology daripada dalam psikologi.
2.3
TOKOH-TOKOH BEHAVIOURISME
Beberapa tokoh behaviourisme yang
terkenal adalah sebagai berikut.
1. JOHN WATSON
John Watson lahir pada tahun 1878 dan meninggal
tahun 1958. Setelah memperoleh gelar master dalam bidang bahasa (Latin dan
Yunani), matematika, dan filsafat di tahun 1900, ia menempuh pendidikan di University
of Chicago. Minat awalnya adalah pada filsafat, sebelum beralih ke
psikologi karena pengaruh Angell. Akhirnya ia memutuskan menulis disertasi
dalam bidang psikologi eksperimen dan melakukan studi-studi dengan tikus
percobaan. Tahun 1903 ia menyelesaikan disertasinya. Tahun 1908 ia pindah ke John
Hopkins University dan menjadi direktur lab psi di sana. Pada tahun 1912 ia
menulis karya utamanya yang dikenal sebagai ‘behaviorist’s manifesto’, yaitu “Psychology
as the Behaviorists Views it”.
Dalam
karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran behaviorisme:
a.
Psikologi adalah cabang
eksperimental dari natural science.
Posisinya setara dengan ilmu kimia
dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnya.
b.
Sejauh ini psikologi gagal dalam
usahanya membuktikan jati diri sebagai natural science.
Salah satu halangannya adalah
keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh
karenanya kesadaran atau mind harus dihapus dari ruang lingkup psikologi.
c.Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah
perilaku nyata.
Pandangan Utama Watson
Pandangan Utama Watson
1.Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology)
Yang
dimaksud dengan stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga
perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai
jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi,
juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt dan covert,
learned dan unlearned.
2.Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku
Perilaku
manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting[2]
. Dengan demikian pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia
ditentukan oleh faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.
3. Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja
Baginya,
mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan
dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi, bukan berarti bahwa Watson menolak
mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan
dari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri utama behaviorisme dan kelak
dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang
berbeda-beda. Pada titik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak
jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind.
Tidak heran bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun
dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi populer.
4. Sejalan dengan fokusnya terhadap
ilmu yang obyektif, maka psikologi harus menggunakan metode empiris
Dalam
hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing, dan verbal
reports.
5. Secara bertahap Watson menolak konsep insting
Mulai
dari karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak
yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple
refleks seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.
6. Konsep learning adalah sesuatu yang vital
dalam pandangan Watson,
juga bagi tokoh behaviorisme
lainnya.
Habits
yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua
hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung conditioning respon Pavlov
dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses
conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia (subyek
Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak kekurangan
dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.
7. Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan William
James
Menurut
Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu
digunakan atau dilakukan. Dengan kata lain, sejauh mana sesuatu dijadikan
habits. Faktor yang menentukan adalah kebutuhan.
8. Proses thinking and speech terkait erat.
Thinking
adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan
berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak terlihat’, masih
dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture
lainnya.
9.Perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya.
Jadi,
psikologi adalah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini
dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan
penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat
obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada
eksperimen terkontrol.
2. BURHUSS FREDERICK SKINNER
B.F.
SKINNER kebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behaviorisme dengan pendekatan
model intruksi langsung dan menyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses
operant conditioning. Dimana operant conditioning ini diartikan sebagai suatu
proses perilaku operant (penguatan positif dan negatif) yang dapat
mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai
dengan keinginan.
Pertama
kita perlu mengetahui apa arti dari Behaviorisme.
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang menekankan pada tingkah laku atau perilaku manusia (individu) sebagai makhluk reatif yang
memberikan RESPON terhadap lingkungan disekitarnya, pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku orang tersebut.
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang menekankan pada tingkah laku atau perilaku manusia (individu) sebagai makhluk reatif yang
memberikan RESPON terhadap lingkungan disekitarnya, pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku orang tersebut.
Pernyataan
yang dikemukankan oleh Skinner setelah melakukan
percobaannya bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan, dimana penguatan yang terbentuk melalui ikatan STIMULUS RESPON akan semakin kuat bila diberi penguatan. penguatan ini yaitu penguatan POSITIF dan NEGATIF.
percobaannya bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan, dimana penguatan yang terbentuk melalui ikatan STIMULUS RESPON akan semakin kuat bila diberi penguatan. penguatan ini yaitu penguatan POSITIF dan NEGATIF.
Behaviorisme ingin menganalisis
bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan.
behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan pada dasarnya manusia tidak
membawa apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimannya
dari lingkungan sekitarnya. “LINGKUNGAN YANG BURUK
AKAN MENGHASILKAN MANUSIA BURUK, LINGKUNGAN YANG BAIK AKAN MENGHASILKAN MANUSIA
BAIK”.
3. EDWARD LEE THOMDIKE (1874-1949 )
Menurut
Thomdike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Dari
eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar diketahui bahwa supaya
tercapai hubungan antara stimulus dan respon perlu adanya kemampuan untuk
memilih respon yang tepat serta melalui usaha (trials) dan kegagalan (error)
terlebih dahulu.Oleh karena itu teori belajar ini sering disebut dengan teori
belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
Thomdike
mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon mengikuti
hukum-hukum berikut:
a.
Hukum kesiapan yaitu semakin siap organisme memperoleh perubahan tingkah laku
akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
b.
Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
c.
Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku diulang maka asosiasi tersebut
akan semakin kuat.
4. IVAN PETROVICH PAVLOV
(1849-1936)
Pavlov
meraih penghargaan Nobel dalam bidang psikology or medicine pada tahun
1904.Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi
behavioristik di Amerika.Classic conditioning (pengkondisian ) adalah
proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing , dimana
perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Pavlov
mengadakan operasi leher pada seekor anjing sehingga kelihatan kelenjar air
liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan maka akan keluarlah
air liurnya. Kini sebelum makanan diperlihatkan maka yang diperlihatkan adalah
sinar merah terlebih dahulu baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan
keluar juga. Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respon yang diinginkan , sementara individu tidak menyadari bahwa
ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
5. ROBERT GAGNE (1916-2002)
Menurut
Gagne, belajar dimulai dari paling sederhana (belajar signal) dilanjutkan pada
yang lebih kompleks sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi dan prakteknya
tetap mengacu pada asosiasi stimulus-respon.
6. ALBERT BANDURA
(1925-SEKARANG)
Teori
belajar social Bandura menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru
perilaku, sikap, dan reaksi emosi orang lain. Teori Bandura menjadi dasar dari
perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikkan secara masal.
BABIII
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah kami baca
di atas, dapat disimpulkan bahwa: psikologi ialah ilmu yang mempelajari tentang
jiwa, perilaku,dan proses mental. Sedangkan psikologi behaviorisme ialah ilmu yang mempelajari tentang tingkah
atau perilaku manusia, Awal mula adanya Psikologi Behaviorisme yaitu pada abad
ke-20 di Amerika. Dan gerakan ini secara formal diawali oleh seorang psikolog Amerika
bernama John Broadus Watson (1878-1958).
Karena jasannya ini akhirnya aliran behaviourisme ada sampai sekarang. Selain
John Broadus Watson tokoh-tokoh lainnya ialah: B.F SKINNER, EDWARD LEE
THOMDIKE, IVAN PETROVIC PAVLOV, ROBERT GAGNE, ALBERT BANDURA.
3.2 SARAN
Kami menyadari
bawasannya penyusun dari makalah ini hanyalah manusia yang tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah Swt hingga
dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri.
Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa
dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan
sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penyusun maupun pembaca
sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Fajar,Nurmala sari.Sejarah dan sistem psikologi.Jakarta:PT Raja
Grafindo.2006
Mursidin.Psikologi Umum.Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2010
Wardiana,Uswah.Psikologi
umum.Jakarta:PT Bina Ilmu.2004
Comments
Post a Comment